perisaikaltim.com – Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Damayanti, menyoroti ketimpangan menarik dalam struktur pemerintahan Provinsi Kalimantan Timur, di mana keterlibatan perempuan di sektor eksekutif mengalami kemajuan pesat, namun justru terjadi penurunan jumlah perempuan di legislatif.
“Kalau kita melihat struktur pemerintahan saat ini, saya rasa luar biasa. Banyak perempuan menduduki posisi strategis di provinsi,” ujar Damayanti dalam wawancara. Ia menyebut nama-nama seperti Sekda Sri Wahyuni, Sekwan Nurhayati Usman, Kabiro Kesra Dasmiah, hingga jajaran pimpinan rumah sakit seperti dr. Indah Puspitasari dan drg. Shanty Sintessa Wulaningrum sebagai bukti kemajuan tersebut.
Namun, di sisi lain, Damayanti menyoroti bahwa jumlah perempuan di DPRD Kaltim justru menurun. Dari sebelumnya 8 legislator perempuan pada periode 2019–2024, kini hanya tersisa 7 orang untuk periode 2024–2029. Ia sendiri merupakan satu-satunya legislator perempuan dari Dapil Balikpapan.
“Ini bukan sekadar soal statistik, tapi soal representasi kepentingan perempuan. Kalau suaranya makin sedikit, maka kemungkinan isu-isu perempuan dan anak kurang terangkat,” tegas politisi PKB tersebut. Ia menyebut fenomena ini sebagai alarm penting bagi demokrasi yang inklusif.
Damayanti mengakui bahwa perjuangan perempuan masuk ke dunia politik tidak mudah. Tantangan yang dihadapi bukan hanya pada ranah elektoral, tetapi juga pada level sosial dan budaya. “Stigma itu masih kuat. Perempuan dianggap lebih cocok di dapur, sumur, kasur. Padahal perempuan juga bisa bersuara, bisa memimpin,” ujarnya.
Ia mengapresiasi tujuh legislator perempuan yang kini duduk di DPRD Kaltim. “Mereka datang dari latar belakang yang berbeda-beda dan berhasil mendapatkan kepercayaan publik. Itu tidak mudah, dan patut diapresiasi,” katanya sambil menekankan pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan bagi perempuan yang ingin terjun ke politik.
Damayanti berharap agar lebih banyak perempuan di Kalimantan Timur yang berani tampil dan terlibat aktif dalam ruang pengambilan keputusan. “Kita butuh regenerasi. Jangan hanya berhenti di tujuh orang. Perempuan bukan cuma bisa tampil, tapi bisa bawa perubahan nyata,” pungkasnya. (adv)