perisaikaltim.com – Paus Fransiskus memulai rangkaian tur terpanjangnya sebagai pemimpin Gereja Katolik dengan mengunjungi Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Kunjungan ini bertujuan untuk meredam ketegangan historis antara Islam dan Kristen serta membuka jalan bagi hubungan yang lebih harmonis antara kedua agama.
Menurut Profesor Jonathan Tan dari Case Western Reserve University, Paus Fransiskus ingin membangun relasi yang lebih baik dengan negara-negara mayoritas Muslim untuk mengurangi kesalahpahaman yang telah berlangsung lama. Paus Fransiskus, yang tiba di Jakarta pada 3 September 2024, dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan menghadiri berbagai acara, termasuk dialog antaragama di Masjid Istiqlal dan misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno.
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo, menyatakan bahwa Paus Fransiskus tertarik mempelajari Islam di Indonesia yang berbeda dari Islam di Timur Tengah. Vatikan mengagumi prinsip Pancasila yang mempromosikan kerukunan beragama, dan Paus Fransiskus berharap untuk belajar dari situasi unik ini.
Meskipun ada tantangan terkait kebebasan beragama di Indonesia, Paus Fransiskus diperkirakan akan mengadopsi pendekatan halus dalam menanggapi isu-isu tersebut. Pada kunjungan sebelumnya ke Uni Emirat Arab pada 2019, Paus menandatangani dokumen penting tentang perdamaian dan hidup berdampingan dengan Imam Besar Al Azhar, Ahmed Al-Tayeb. Di Indonesia, Paus Fransiskus juga akan menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, yang menegaskan pentingnya kerukunan umat beragama untuk kemanusiaan.
Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya Paus Fransiskus untuk meredam ketegangan antara Islam dan Kristen yang sering kali memicu konflik di berbagai belahan dunia. Paus Fransiskus juga berharap kunjungan ini dapat memperkuat hubungan antara umat Katolik dan Muslim di negara-negara mayoritas Islam.
Setelah menyelesaikan agendanya di Indonesia, Paus Fransiskus akan melanjutkan tur ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Kunjungan ini mencerminkan komitmen Paus untuk menyebarkan pesan perdamaian dan kerukunan antaragama, serta memperluas ajaran Katolik di Asia, wilayah yang masih memiliki banyak potensi untuk perkembangan agama.