Wabah Pneumonia Anak Menyebar ke Eropa: Lonjakan Kasus Signifikan Terdeteksi di Belanda

PerisaiKaltim.com – Wabah pneumonia misterius yang sebelumnya melanda anak-anak di China kini merambah ke Eropa, dengan Belanda melaporkan peningkatan kasus yang signifikan. Fenomena ini telah menimbulkan keprihatinan karena awalnya wabah tersebut terbatas di beberapa wilayah di bagian utara China, terutama menyerang anak-anak.

Sejak pertengahan Oktober, provinsi-provinsi di bagian utara China telah menghadapi lonjakan penyakit pernapasan yang mengkhawatirkan, khususnya pada anak-anak. Kini, dampak serupa telah terdeteksi di Belanda, menyoroti perluasan wabah ini ke luar wilayah asalnya. Situasi ini menuntut perhatian serius dari pihak berwenang dan tenaga kesehatan di seluruh dunia untuk memahami sifat dan penyebaran penyakit tersebut.

Penyebaran virus corona yang cepat pada tahun 2020 telah mendorong pembatasan kesehatan masyarakat yang ketat dan tindakan karantina. Kini, kemunculan wabah pneumonia ini membuat sejumlah negara merasa gelisah.

Adapun penyakit ini telah membebani sistem rumah sakit China. Para pejabat China sejak itu mengumumkan bahwa mereka yakin peningkatan tersebut merupakan kombinasi dari penyakit umum seperti flu dan virus pernapasan, yang menyebar dengan mudah setelah China baru-baru ini melonggarkan pembatasan Covid-19.

Dilansir dari cnbcindonesia.com, Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL) telah melaporkan peningkatan kasus pneumonia, khususnya di kalangan anak-anak. Dalam laporan The Messenger, yang dikutip Newsweek, Kamis (30/11/2023), dalam seminggu terakhir, 80 dari setiap 100.000 anak Belanda berusia antara 5 dan 14 tahun menderita pneumonia.

Ini merupakan wabah pneumonia terbesar di negara ini dalam beberapa tahun terakhir, lebih tinggi dibandingkan puncak musim flu pada 2022, ketika tercatat 60 kasus pneumonia untuk setiap 100 ribu anak pada kelompok usia yang sama. Sama seperti China, Belanda telah melonggarkan pembatasan Covid-19 selama beberapa waktu.

Meningkatnya jumlah kasus telah mendorong beberapa negara lain, seperti Taiwan, India, dan Vietnam, untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti melakukan penilaian terhadap sistem kesehatan masyarakat mereka dan memastikan tersedianya persediaan alat pelindung diri dan obat-obatan.

Meururut laporan Focus Taiwan, Lebih dari 6 persen  kasus di rumah sakit disebabkan oleh penyakit mirip flu di China utara, sekaligus peningkatan tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Gambar orang-orang yang membersihkan jalan-jalan di China sambil mengenakan pakaian hazmat memicu ingatan akan tindakan negara tersebut selama krisis Covid-19. China banyak dikritik karena kurangnya transparansi selama pandemi ini, namun para pejabat berupaya untuk meredam kepanikan yang meningkat, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

Dia mengatakan bahwa China sedang berjuang melawan peningkatan penyakit pernapasan selama musim dingin pertama sejak pelonggaran pembatasan Covid-19, sebuah cobaan berat yang serupa dengan “apa yang dialami sebagian besar negara satu atau dua tahun yang lalu.”

“Situasinya berbeda dengan yang kita alami pada Desember 2019 dan Januari 2020,” katanya kepada outlet berita kesehatan STAT dalam sebuah wawancara akhir pekan lalu. 

Related posts